MENHIR
menhir
adalah batu besar berdiri tegak. Menhirs dapat ditemukan secara tunggal
sebagai monolit, atau sebagai bagian dari sekelompok batu yang sama. Ukuran
mereka dapat bervariasi, tetapi bentuk mereka umumnya tidak merata dan kuadrat,
seringkali meruncing ke atas. Menhirs tersebar luas di seluruh Eropa, Afrika
dan Asia, tetapi yang paling banyak di Eropa Barat, khususnya di Irlandia,
Britania Raya dan Brittany. Ada sekitar 50.000 megalit di daerah-daerah,
sementara di barat laut Perancis saja terdapat 1.200 menhir. Mereka berasal
dari periode yang berbeda di seluruh pra-sejarah, dan dibangun sebagai bagian
dari budaya megalitik besar yang berkembang di Eropa dan seterusnya
Fungsi menhir telah memicu
perdebatan lebih dari masalah lainnya hampir semua dalam sejarah pra-Eropa.
Selama berabad-abad mereka telah berbagai diduga telah digunakan oleh Druid
untuk pengorbanan manusia, digunakan sebagai penanda wilayah atau unsur-unsur
dari sebuah sistem ideologi yang kompleks, atau berfungsi sebagai kalender
awal. Sampai abad kesembilan belas,
antiquarians tidak memiliki pengetahuan substansial prasejarah, dan
poin-satunya referensi yang disediakan oleh literatur klasik. Perkembangan
penanggalan radiokarbon dan pohon-cincin kalibrasi telah berbuat banyak untuk
pengetahuan manusia lanjut di daerah ini.
Kata menhir diadopsi dari bahasa
Perancis oleh arkeolog abad ke-19. Ini adalah kombinasi dari dua kata yang
ditemukan dalam bahasa Breton, laki-laki dan hir. Dalam Welsh modern mereka
digambarkan sebagai maen hir, atau "batu yang panjang".
PRASASTI
HUJUNG LANGIT / BAWANG
Prasasti
Hujung Langit, yang dikenal juga dengan nama Prasasti Bawang,
adalah sebuah prasasti batu yang ditemukan
di desa Haur Kuning lampung, Indonesia. Aksara yang digunakan di prasasti ini adalah Pallawa dengan bahasa Melayu
Kuna. Tulisan pada prasasti ini sudah
sangat aus, namun masih teridentifikasi angka tahunnya 919 Saka atau 997
Masehi. Isi prasasti di perkirakan
merupakan pemberian tanah sima.
Penemu pertama
kali di laporkan oleh petugas dinas topografi yang mengadakan pemetaan pada
tahun 1912. Oleh tim epigrafi dunia purbakala, prasasti ini di sebut prasasti
bawang karna letak penemuaannya di wilayah bawang. Prasasti ini di sebut hujung
langit yang berdasarkan nama tempat yang di sebutkan alam prasasti tersebut.
Prasasti PALAS PASEMAH
Prasasti PALAS PASEMAH ditemukan
pada tahun 1957 di Palas Pasemah, daerah Kalianda, Lampung. Terdiri dari 13
baris, namun baris ke-1 sampai ke-3 hilang. Isi prasasti mula-mula dibahas oleh
Prof. Dr. Buchari dalam artikel: Buchari, “An Old Malay Inscription of
Srivijaya at Palas Pasemah (South Lampung)”, Pra Seminar Penelitian Sriwijaya,
Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional, Jakarta, 1979.
Prasasti batu bertulis palas merupakan salah satu dari prasasti prasasti persumapahan sriwijaya.
“prasasti-prasasti persumpahan”,
yaitu prasasti-prasasti yang berisikan kutukan dan ancaman bagi mereka yang
menentang atau tidak mau berbakti kepada raja Sriwijaya. Istilah “parsumpahan”
memang berasal dari raja Sriwijaya sendiri, sebagaimana tercantum dalam
prasasti-prasasti semacam itu. Prasasti Sriwijaya yang tergolong prasasti
persumpahan adalah prasasti-prasasti Telaga Batu, Kota Kapur, Karang Berahi, dan
Palas Pasemah. Barangkali pada masa mendatang masih akan ditemukan prasasti
persumpahan yang lain.
Isi prasasti Telaga Batu baris ketiga
sampai kelima adalah sebagai berikut:
kamu wanyakmamu, rajaputra, prostara, bhupati, senapati,
nayaka, pratyaya, hajipratyaya, dandanayaka, ....murddhaka, tuhaan watakwuruh,
addhyaksi nijawarna, wasikarana, kumaramatya, çatabatha, adhikarana,
karmma...., kayastha, sthapaka, puhawang, waniyaga, pratisara, kamu marsi haji,
hulun haji, wanyakmamu urang, niwunuh sumpah dari mangmang kamu kadaci tida
bhakti di aku.
“Kamu semua: putra raja, menteri, bupati, panglima,
pembesar, pegawai, pegawai istana, hakim, ....murddhaka, ketua buruh, pengawas
rakyat jelata, ahli senjata, pengurus pemuda, olahragawan, petugas bangunan, karmma...,
jurutulis, arsitek, nakhoda, pedagang, kepala pasukan, kamu pelayan istana,
penghuni istana, semua orang, dibunuh sumpah dari mantra kamu manakala tidak
berbakti kepadaku.”
Prasasti batu bedil
Meskipun telah didiami oleh manusia sejak 2.500 sebelum
masehi, Desa Batu Bedil yang berada di kecamatan pulau panggung kabupaten
tanggamus masih juga tetap susah untuk di jangkau oleh manusia karena akses
jalan menuju tempat yangbanyak terdapat situs purbakala ini masih sangat
memprihatinkan, meskipun jalan sudah pernah di aspal namun saat ini selain
jalan nya kecil juga penuh dengan lubang seperti kubangan kerbau.
Desa ini dinamakan desa batu bedil karena pada zaman dahulu
dari cerita warga yang turun temurun ada sebuah batu yang pada malam hari
selalu memancarkan api dengan suara letusan yang berasal dari sebuah batu besar
yang berada di desa batu bedil batu bedil mempunyai arti batu yang bisa
menembak.
Situs purbakala batu bedil terletak diatas dataran tinggi
sekitar 320 meter diatas permukaan laut selain di kelilingin sunagai situs ini
diapit terdapat juga lereng-lereng yang curam denganj kemiringan 60 hingga 40
derajat yang termasuk di dataran tinggi bukit barisan gunung tanggamus di
sebelah selatan dan gunung rindingan di sebelahutara didesa ini banyak terdapat
perkebunan kopi dengan keindahan alam yang sangat menakjubkan, lokasi situs ini
dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda empat melalui lereng-lereng
yang curam dengan kindahan alam yang sangat menakjubkan dengan waktu kurang
lebih satu jam dari kota bandar lampung.
Menurut kepala desa Batu Bedil, Sahdin Almahata Pada tahun
1954 arkeologi pernah melakukan survey di situs purbakala batu bedil dengan
berbagai alasan tidak di dapatkan sesuatu yang kongrit, Pada tahun 1989 di
bentuk tim gabungan dari daerah lampung dan pusat. Lalu disimpulkan desa batu
bedil telah di huni oleh manusia sejak 2.500 sebelum masehi, kehidupan pada
saat ituberpegang teguh padapercayaan terhadap kekuatan alam dan kehidupan
sesudah kematian sebagai nilai-nilai kehidupan relegi yang menonjol.
Keterikatan batin antara manusia yang hidup dan mati diwujudkandalam pemujaan
terhadap roh nenek moyang dibuatlah sarana atau bangunan-bangunan dari batu
yang sering disebut dengan bangunan megalitik, kebudayaan megalitik dan tradisi
di situs batu bedil ini sudah sangat lama tradisi adalah sesuatu yang hidup
dalam kebudayaan kehidupan sosial sekitar abad ke-10 masehi kebudayaan hindu dan
budha berbaur dengan kebudayaan sebelumnya dengan ditemukan prasasti batu bedil
dan berbagai tempat pemujaan-pemujaan.
PRASASTI
BUNGKUK
Di temukan pada tahun 1985. Di
desa bungkuk kec jabung kabupaten lampung timur. Prasasti ini seluruhnya
terdiri dari 12 dan 13 bariis tulisan berhuruf pallawan an melayu kuno.
Keadaanya sudah sangat aus dan rusak, beberapa baris pertama dan terahir tidak
dapat di baca sama sekali. Dari bari yang dapat dibaca isinya berupa kutukan
yang sama dengan prasasti pala pesemah. Prasasti karang brahi dan prasasti kota
kapur merupakan prasasti sriwijaya akhir abad ke -7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar